Showing posts with label INDUSTRIAL PLANTS. Show all posts
Showing posts with label INDUSTRIAL PLANTS. Show all posts

Manfaat Batang Kelapa Sawit

Miliaran Rupiah Yang Terpendam Dalam Onggokan Batang Kelapa Sawit Pada saat Peremajaan

Manfaat Batang Kelapa Sawit

Saat ini luas perkebunan kelapa sawit di indonesia sedikitnya 11 juta Ha. selain menunjukan prospek minyak nabati yang melimpah, luasan perkebunan kelapa sawit ini memicu kekhawatiran melimpahnya batanh sawit saat masa peremajaan atau regenerasi perkebunan.

Lihat juga budidaya tanaman kelapa sawit >>

Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Tanaman Lada


Cara Pengendalian Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Lada

Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu
Sering terjadinya fluktuasi harga lada yang cukup tajam, bahkan harga jual sering kali sangat rendah membuat petani lada tidak dapat membeli sarana produksi. Oleh sebab itu dianjurkan dalam budidaya lada untuk menyertakan kegiatan lainnya misalnya diintegrasikan dengan ternak, disertai penanaman penutup tanah (A. pintoi). Cara tersebut selain membuat sistem usahatani lada menjadi lebih efisien juga merupakan usaha Pengendalian Hama (termasuk penyakit) Terpadu (PHT) yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.


Pengendalian menggunakan pestisida kimiawi
dilakukan pada saat populasi hama atau intensitas serangan patogen penyakit tinggi, dengan tujuan menekan
perkembangan hama dan patogen, selain itu diikuti aplikasi pengendalian secara hayati mempergunakan musuh alaminya.

Komponen teknologi budidaya lada dengan pendekatan ekologi yang efisien dan berkelanjutan adalah sbb:




Hama Dan Penyakit Tanaman Lada

Jenis hama dan penyakit
Hama utama yang menyerang tanaman lada adalah penggerek batang (Lophobaris piperis) , pengisap buah (
Dasynus piperis) , pengisap bunga (Diconocoris hewetti). Penyakit utama tanaman lada adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Phytophthora capsici.

Budidaya Tanaman Lada



Lada atau merica (Piper nigrum L.) adalah rempah-rempah berwujud bijian yang dihasilkan oleh tumbuhan dengan nama sama. Lada sangat penting dalam komponen masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting di Dunia Lama. Pada masa lampau harganya sangat tinggi sehingga menjadi salah satu pemicu penjelajahan orang Eropa ke Asia Timur untuk menguasai perdagangannya dan, dengan demikian, mengawali sejarah kolonisasi Afrika, Asia, dan Amerika.

Budidaya Tanaman Lada


Di Indonesia, lada terutama dihasilkan di Pulau Bangka. Lada disebut sahang dalam bahasa Melayu Lokal seperti bahasa Banjar, Melayu Belitung, Melayu Sambas, dan lain-lain.


Budidaya Tanaman LadaKlasifikasi ilmiah
Kerajaan:     Plantae
   Divisi:     Magnoliophyta
      Kelas:     Magnoliopsida
         Ordo:     Piperales
            Famili:     Piperaceae
                Genus:     Piper
                    Spesies:     P. nigrum
       Nama binomial
       Piper nigrum L.

SYARAT TUMBUH
Tanaman lada tumbuh dengan baik pada daerah dengan ketinggian mulai dari 0-700 m di atas permukaan laut (dpl). Penyebaran tanaman lada sangat luas berada di wilayah tropika antara 200 LU dan 200 LS, dengan curah hujan dari 1.000-3.000 mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan 110-170 hari per tahun, musim kemarau hanya 2-3 bulan per tahun. Kelembaban udara 63- 98% selama musim hujan, dengan suhu maksimum 35oC dan suhu minimum 20oC. Lada dapat tumbuh pada semua jenis tanah, terutama tanah berpasir dan gembur dengan unsur hara cukup, drainase (air tanah) baik, tingkat kemasaman tanah (pH) 5,0-6,5.

Budidaya Tanaman Lada

TEKNOLOGI BUDIDAYA
Bahan Tanam

Tanaman lada dapat diperbanyak secara generatif dengan biji, dan vegetatif dengan setek. Perbanyakan menggunakan setek lebih praktis, efisien dan bibit yang dihasilkan sama dengan sifat induknya. Setek tanaman lada dapat diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah (cabang buah).

Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak, mempunyai cukup akar lekat pada setiap
buku, apabila ditanam akan menghasilkan tunas dan akar lekat yang dapat langsung melekat pada penegak lada.

Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun).

Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah, akar lekatnya terbatas, tiap buku tidak
keluar akar, apabila di tanam akan menghasilkan tunas yang tidak dapat langsung melekat pada tanaman penegak, cabang buah/buah keluarnya lambat (3-4 tahun).

Sulur buah (cabang buah) adalah cabang buah, tidak mempunyai akar lekat, apabila ditanam akan cepat
menghasilkan buah, tetapi tanaman lada tidak dapat tumbuh tinggi dan tidak melekat pada tanaman penegak,
perakarannya dangkal, mudah stres apabila ketersediaan air tanah terbatas, keluarnya cabang buah cepat, pada umur 1 tahun sudah menghasilkan buah.

Bahan tanaman lada untuk bibit dapat berasal dari setek pendek maupun setek panjang. Setek pendek satu
ruas berdaun tunggal dari sulur panjat (Gambar 1) memiliki beberapa keuntungan antara lain dapat menyediakan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat, menghemat penggunaan bahan tanaman dan seragam. Bibit lada asal setek satu ruas berdaun tunggal sebaiknya lebih dahulu disiapkan dipersemaian, setelah ditanam di kebun memiliki beberapa kelebihan dibandingkan bibit tujuh ruas asal sulur panjat, sulur tanah dan sulur gantung yang ditanam langsung. Tanaman asal bibit dari setek satu ruas berdaun tunggal asal
sulur panjat yang telah disemaiakan di polibag memiliki kelebihan yaitu hanya memerlukan sedikit penyulaman, cabang generatif lebih banyak dan lebih cepat berbunga (2-3 tahun)

Penggunaan setek panjang 5-7 ruas yang langsung ditanam di lapang menanggung resiko kegagalan cukup besar dan sering menimbulkan kesulitan karena jumlah kebutuhan bibit yang banyak, sehingga cara ini kurang ekonomis.Sementara setek pendek 1 ruas berdaun tunggal yang disemai selama tiga bulan menunjukkan pertumbuhan di lapang lebih baik dibandingkan setek panjang 5-7 ruas yang ditanam langsung.

Lihat juga hama dan penyakitnya >>

Buah Dan Tanaman Matoa

Matoa (Pometia pinnata) adalah tanaman buah khas Papua, tergolong pohon besar dengan tinggi rata-rata 18 meter dengan diameter rata-rata maksimum 100 cm. Umumnya berbuah sekali dalam setahun. Berbunga pada bulan Juli sampai Oktober dan berbuah 3 atau 4 bulan kemudian. Penyebaran buah matoa di Papua hampir terdapat di seluruh wilayah dataran rendah hingga ketinggian ± 1200 m dpl. Tumbuh baik pada daerah yang kondisi tanahnya kering (tidak tergenang) dengan lapisan tanah yang tebal. Iklim yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yang baik adalah iklim dengan curah hujan yang tinggi (>1200 mm/tahun). Matoa juga terdapat di beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Papua New Guinea. Buah matoa memiliki rasa yang manis.
 Budidaya Kelapa Sawit

Di Papua dikenal 2 jenis matoa, yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda. Ciri yang membedakan keduanya adalah terdapat pada tekstur buahnya, Matoa Kelapa dicirikan oleh daging buah yang kenyal seperti rambutan aceh, diameter buah 2,2-2,9 cm dan diameter biji 1,25-1,40 cm. Sedangkan Matoa Papeda dicirikan oleh daging buahnya yang agak lembek dan lengket dengan diamater buah 1,4-2,0 cm. Tanaman ini mudah beraptasi dengan kondisi panas maupun dingin. Pohon ini juga tahan terhadap serangga, yang pada umumnya merusak buah.

Ekologi Tempat Tumbuh
Kondisi umum tanah tempat tumbuh matoa di daerah Manokwari dan Jayapura.
Ketinggian tempat (m dpl) 2 - 153 73 - 156
Topografi Datar - Curam Datar - Landai
Teksktur tanah Berlempung – Berpasir, berkarang, berbatu Lempung – Pasir berlempung
Warna tanah Coklat – Coklat kemerahan Coklat – Coklat kemerahan
Drainase Baik - Buruk Baik - Buruk
Intensitas cahaya (%) 70 - 100 70 - 100
Budidaya Kelapa Sawit

Dalam proses budidaya tanaman matoa sangat sulit dilakukan di luar daerah dari asal penyebarannya seperti di papua. Namun, dengan teknik tertentu kemungkinan keberhasilan untuk membudidayakan tanaman matoa memiliki peluang berhasil. kesulitan terhadap proses budidaya tanaman matoa adalah salah satunya kondidi lingkungan yang kurang mendukung dan tidak sesuai dengan daerah penyebaran aslinya. sehingga biji biji matoa sangat sulit untuk di kecambahkan. biji matoa memiliki masa dormansi yang relatip sama dengan biji kelengkeng dan tanaman rambutan. Namun mengapa proses perkecambahan sangat sulit dilakukan, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh suhu dan juga intensitas cahaya matahari. Namun proses perkecambahan sangat mungkin di lakukan dimana saja asalkan memenuhu syarat tumbuh tanaman ini. dan menjauhkan dari jangkauan sinar matahari juga merupakan metode yang sedang di kembangkan untuk mengetahui keberhasilan proses perkecambahan biji matoa.

Peluang Budidaya dan pengembangan

Di Indonesia masih sangat sedikit petani yang mencoba membudidayakan tanaman ini khususnya di daerah pusat penyebarannya. hal ini dikarenakan masih kurangnya proses pengenalan buah yang sangat manis dan hampir menyerupai dengan kelengkeng ini. sehingga geliat petani untuk mengembangkannya masih kurang. Namun, jika di kaji lebih jauh, tanaman matoa ini sangat memiliki peluang pasar yang sangat luas dalam bidang Agribisnisnya. dalam artian masih belum di temukannya produk produk olahan dari matoa. dan juga peluang untuk mengenalkan buah khas dari indonesia ini ke wilayah internasional.

Khasiat Buah Matoa 

Kulit dan bentuk dari buah ini sekilas seperti buah kedondong, dengan warna kulit hijau kecoklatan dengan bentuk oval. Cangkangnya tidak terlalu keras sehingga memudahkan untuk dibuka dan memiliki selaput tipis sebagai pembungkus di dalamnya, tekstur dari buah ini seperti buah kelengkeng yang sedikit kenyal. Buah ini memiliki kandungan yang kaya akan vitamin C dan E namun memiliki kandungan glukosa yang jenuh. Dikatakan jika mengkonsumsi buah ini terlalu berlebihan dapat membuat mabuk atau teler.

Di papua, buah ini memiliki dua jenis matoa, yaitu matoa kelapa dan matoa papeda. Perbedaannya terdapat pada tekstur buah, jenis matoa kelapa memiliki tekstur yang kenyal dan dapat mengelupas mudah dari bijinya, sedangkna jenis matoa papeda memiliki tekstur daging yang agak lembek dan lengket. Buah ini akan tumbuh baik dengan iklim curah hujan yang tinggi.

Selain dengan keunikan rasa dan aromanya, buah matoa ini memiliki khasiat, seperti kandungan vitamin C yang terdapat didalam buah ini berfungsi sebagai antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas dan berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Sedangkan kandungan vitamin E yang terdapat di dalam buah ini berguna untuk membantu meringankan stress, memberikan nutrisi kepada kulit, dan dapat menangkal resiko penyakit kanker dan penyakit jantung koroner.

Budidaya Tanaman Kakao



Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat.

Budidaya Kelapa Sawit

Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif.

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas.
Bunga kakao tumbuh dari batang.

Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari.



Klasifikasi ilmiah

Kerajaan:     Plantae
     Divisi:     Magnoliophyta
          Kelas:     Magnoliopsida
              Ordo:     Malvales
                   Famili:     Malvaceae
                                 (Sterculiaceae)
                          Genus:     Theobroma
                               Spesies:    T. cacao
                                    Nama binomial :    Theobroma cacao


Budidaya Kelapa SawitKakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas-sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi.

Buah tumbuh dari bunga yang diserbuki. Ukuran buah jauh lebih besar dari bunganya, dan berbentuk bulat hingga memanjang. Buah terdiri dari 5 daun buah dan memiliki ruang dan di dalamnya terdapat biji. Warna buah berubah-ubah. Sewaktu muda berwarna hijau hingga ungu. Apabila masak kulit luar buah biasanya berwarna kuning.

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari.

Langkah Langkah Budidaya

1. Persiapan Lahan

- Bersihkan alang-alang dan gulma lainnya
- Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-polongan seperti Peuraria javanica, Centrosema pubescens, Calopogonium mucunoides & C. caeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama jenis rumputan
- Gunakan juga tanaman pelindung seperti Lamtoro, Gleresidae dan Albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada tahun ketiga jumlah dikurangi hingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon kakao (1 : 3)

2. Pembibitan
- Biji kakao untuk benih diambil dari buah bagian tengah yang masak dan sehat dari tanaman yang telah cukup umur
- Sebelum dikecambahkan benih harus dibersihkan lebih dulu daging buahnya dengan abu gosok
- Karena biji kakao tidak punya masa istirahat (dormancy), maka harus segera dikecambahkan
- Pengecambahan dengan karung goni dalam ruangan, dilakukan penyiraman 3 kali sehari
- Siapkan polibag ukuran 30 x 20 cm (tebal 0,8 cm) dan tempat pembibitan
- Campurkan tanah dengan pupuk kandang (1 : 1), masukkan dalam polibag
- Sebelum kecambah dimasukkan tambahkan 1 gram pupuk TSP / SP-36 ke dalam tiap-tiap polibag
- Benih dapat digunakan untuk bibit jika 2-3 hari berkecambah lebih 50%
- Jarak antar polibag 20 x 20 cm lebar barisan 100 cm
- Tinggi naungan buatan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga sinar masuk tidak terlalu banyak
- Penyiraman bibit dilakukan 1-2 kali sehari
- Penyiangan gulma melihat keadaan areal pembibitan
- Pemupukan dengan N P K ( 2 : 1 : 2 ) dosis sesuai dengan umur bibit, umur 1 bulan : 1 gr/bibit, 2 bulan ; 2 gr/bibit, 3 bulan : 3 gr/bibit, 4 bulan : 4 gr/bibit. Pemupukan dengan cara ditugal
- Siramkan POC NASA dengan dosis 0,5 - 1 tutup/pohon diencerkan dengan air secukupnya atau semprotkan dengan dosis 4 tutup/tangki setiap 2-4 minggu sekali
- Penjarangan atap naungan mulai umur 3 bulan dihilangkan 50% sampai umur 4 bulan
- Amati hama & penyakit pada pembibitan, antara lain ; rayap, kepik daun, ulat jengkal, ulat punggung putih, dan ulat api. Jika terserang hama tersebut semprot dengan PESTONA dosis 6-8 tutup/tangki atau Natural BVR dosis 30 gr/tangki. Jika ada serangan penyakit jamur Phytopthora dan Cortisium sebarkan Natural GLIO yang sudah dicampur pupuk kandang selama + 1 minggu pada masing-masing pohon

3. Penanaman
a. Pengajiran
- Ajir dibuat dari bambu tinggi 80 - 100 cm
- Pasang ajir induk sebagai patokan dalam pengajiran selanjutnya
- Untuk meluruskan ajir gunakan tali sehingga diperoleh jarak tanam yang sama

b. Lubang Tanam
- Ukuran lubang tanam 60 x 60 x 60 cm pada akhir musim hujan
- Berikan pupuk kandang yang dicampur dengan tanah (1:1) ditambah pupuk TSP 1-5 gram per lubang

c. Tanam Bibit
- Pada saat bibit kakao ditanam pohon naungan harus sudah tumbuh baik dan naungan sementara sudah berumur 1 tahun
- Penanaman kakao dengan system tumpang sari tidak perlu naungan, misalnya tumpang sari dengan pohon kelapa
- Bibit dipindahkan ke lapangan sesuai dengan jenisnya, untuk kakao Mulia ditanam setelah bibit umur 6 bulan, Kakao Lindak umur 4-5 bulan
- Penanaman saat hujan sudah cukup dan persiapan naungan harus sempurna. Saat pemindahan sebaiknya bibit kakao tidak tengah membentuk daun muda (flush)

4. Pemeliharaan Tanaman
a. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (pagi dan sore) sebanyak 2-5 liter/pohon
b.Dibuat lubang pupuk disekitar tanaman dengan cara dikoak. Pupuk dimasukkan dalam lubang pupuk kemudian ditutup kembali. Dosis pupuk lihat dalam tabel di samping ini :


Catatan: Akan lebih baik pemberian diselingi/ditambah SUPER NASA 1-2 kali/tahun dengan dosis 1 botol untuk + 200 tanaman. 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 10 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon.

5. Pengendalian Hama & Penyakit
a. Ulat Kilan ( Hyposidea infixaria; Famili : Geometridae ), menyerang pada umur 2-4 bulan. Serangan berat mengakibatkan daun muda tinggal urat daunnya saja. Pengendalian dengan PESTONA dosis 5 - 10 cc / liter.

b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira inclusa, Familia : Limanthriidae ), ada bulu-bulu gatal pada bagian dorsalnya menyerupai bentuk bulu (rambut) pada leher kuda, terdapat pada marke 4 dan 5 berwarna putih atau hitam, sedang ulatnya coklat atau coklat kehitam-hitaman. Pengendalian dengan musuh alami predator Apanteles mendosa dan Carcelia spp, semprot PESTONA.

c. Parasa lepida dan Ploneta diducta (Ulat Srengenge), serangan dilakukan silih berganti karena kedua species ini agak berbeda siklus hidup maupun cara meletakkan kokonnya, sehingga masa berkembangnya akan saling bergantian. Serangan tertinggi pada daun muda, kuncup yang merupakan pusat kehidupan dan bunga yang masih muda. Siklus hidup Ploneta diducta 1 bulan, Parasa lepida lebih panjang dari pada Ploneta diducta. Pengendalian dengan PESTONA.

d. Kutu - kutuan ( Pseudococcus lilacinus ), kutu berwarna putih. Simbiosis dengan semut hitam. Gejala serangan : infeksi pada pangkal buah di tempat yang terlindung, selanjutnya perusakan ke bagian buah yang masih kecil, buah terhambat dan akhirnya mengering lalu mati. Pengendalian : tanaman terserang dipangkas lalu dibakar, dengan musuh alami predator; Scymus sp, Semut hitam, parasit Coccophagus pseudococci Natural BVR 30 gr/ 10 liter air atau PESTONA.

e. Helopeltis antonii, menusukkan ovipositor untuk meletakkan telurnya ke dalam buah yang masih muda, jika tidak ada buah muda hama menyerang tunas dan pucuk daun muda. Serangga dewasa berwarna hitam, sedang dadanya merah, bagian menyerupai tanduk tampak lurus. Ciri serangan, kulit buah ada bercak-bercak hitam dan kering, pertumbuhan buah terhambat, buah kaku dan sangat keras serta jelek bentuknya dan buah kecil kering lalu mati. Pengendalian dilakukan dengan PESTONA dosis 5-10 cc / lt (pada buah terserang), hari pertama semprot stadia imago, hari ke-7 dilakukan ulangan pada telurnya dan pada hari ke-17 dilakukan terhadap nimfa yang masih hidup, sehingga pengendalian benar-benar efektif, sanitasi lahan, pembuangan buah terserang.

f. Cacao Mot ( Ngengat Buah ), Acrocercops cranerella (Famili ; Lithocolletidae). Buah muda terserang hebat, warna kuning pucat, biji dalam buah tidak dapat mengembang dan lengket. Pengendalian : sanitasi lingkungan kebun, menyelubungi buah coklat dengan kantong plastik yang bagian bawahnya tetap terbuka (kondomisasi), pelepasan musuh alami semut hitam dan jamur antagonis Beauveria bassiana ( BVR) dengan cara disemprotkan, semprot dengan PESTONA.

g. Penyakit Busuk Buah (Phytopthora palmivora), gejala serangan dari ujung buah atau pangkal buah nampak kecoklatan pada buah yang telah besar dan buah kecil akan langsung mati. Pengendalian : membuang buah terserang dan dibakar, pemangkasan teratur, semprot dengan Natural GLIO.

h. Jamur Upas ( Upasia salmonicolor ), menyerang batang dan cabang. Pengendalian : kerok dan olesi batang atau cabang terserang dengan Natural GLIO+HORMONIK, pemangkasan teratur, serangan berlanjut dipotong lalu dibakar.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

6. Pemangkasan
- Pemangkasan ditujukan pada pembentukan cabang yang seimbang dan pertumbuhan vegetatif yang baik. Pohon pelindung juga dilakukan pemangkasan agar percabangan dan daunnya tumbuh tinggi dan baik. Pemangkasan ada beberapa macam yaitu :
- Pangkas Bentuk, dilakukan umur 1 tahun setelah muncul cabang primer (jorquet) atau sampai umur 2 tahun dengan meninggalkan 3 cabang primer yang baik dan letaknya simetris.
- Pangkas Pemeliharaan, bertujuan mengurangi pertumbuhan vegetatif yang berlebihan dengan cara menghilangkan tunas air (wiwilan) pada batang pokok atau cabangnya.
- Pangkas Produksi, bertujuan agar sinar dapat masuk tetapi tidak secara langsung sehingga bunga dapat terbentuk. Pangkas ini tergantung keadaan dan musim, sehingga ada pangkas berat pada musim hujan dan pangkas ringan pada musim kemarau.
Pangkas Restorasi, memotong bagian tanaman yang rusak dan memelihara tunas air atau dapat dilakukan dengan side budding.

7. Panen
Saat petik persiapkan rorak-rorak dan koordinasi pemetikan. Pemetikan dilakukan terhadap buah yang masak tetapi jangan terlalu masak. Potong tangkai buah dengan menyisakan 1/3 bagian tangkai buah. Pemetikan sampai pangkal buah akan merusak bantalan bunga sehingga pembentukan bunga terganggu dan jika hal ini dilakukan terus menerus, maka produksi buah akan menurun. Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 bulan dari berbunga, warna kuning atau merah. Buah yang telah dipetik dimasukkan dalam karung dan dikumpulkan dekat rorak. Pemetikan dilakukan pada pagi hari dan pemecahan siang hari. Pemecahan buah dengan memukulkan pada batu hingga pecah. Kemudian biji dikeluarkan dan dimasukkan dalam karung, sedang kulit dimasukkan dalam rorak yang tersedia.

8. Pengolahan Hasil
Fermentasi, tahap awal pengolahan biji kakao. Bertujuan mempermudah menghilangkan pulp, menghilangkan daya tumbuh biji, merubah warna biji dan mendapatkan aroma dan cita rasa yang enak.
Pengeringan, biji kakao yang telah difermentasi dikeringkan agar tidak terserang jamur dengan sinar matahari langsung (7-9 hari) atau dengan kompor pemanas suhu 60-700C (60-100 jam). Kadar air yang baik kurang dari 6 %.
Sortasi, untuk mendapatkan ukuran tertentu dari biji kakao sesuai permintaan. Syarat mutu biji kakao adalah tidak terfermentasi maksimal 3 %, kadar air maksimal 7%, serangan hama penyakit maksimal 3 % dan bebas kotoran.

Budidaya Tanaman Karet



Karet adalah polimer hidrokarbon yang terkandung pada lateks beberapa jenis tumbuhan. Sumber utama produksi karet dalam perdagangan internasional adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Beberapa tumbuhan lain juga menghasilkan getah lateks dengan sifat yang sedikit berbeda dari karet, seperti anggota suku ara-araan (misalnya beringin), sawo-sawoan (misalnya getah perca dan sawo manila), Euphorbiaceae lainnya, serta dandelion. Pada masa Perang Dunia II, sumber-sumber ini dipakai untuk mengisi kekosongan pasokan karet dari para. Sekarang, getah perca dipakai dalam kedokteran (guttapercha), sedangkan lateks sawo manila biasa dipakai untuk permen karet (chicle). Karet industri sekarang dapat diproduksi secara sintetis dan menjadi saingan dalam industri perkaretan.

Budidaya Kelapa Sawit

Klasifikasi Tanaman Karet 

Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
     Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
         Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
             Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
                 Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
                     Sub Kelas: Rosidae
                         Ordo: Euphorbiales
                             Famili: Euphorbiaceae
                                 Genus: Hevea
                                     Spesies: Hevea brasiliensis Muell. Arg


Budidaya Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh Karet

- Suhu udara 240C - 280C.
- Curah hujan 1.500-2.000 mm/tahun.
- Penyinaran matahari antara 5-7 jam/hari.
- Kelembaban tinggi
- Kondisi tanah subur, dapat meneruskan air dan tidak berpadas
- Tanah ber-pH 5-6 (batas toleransi 3-8).
- Ketinggian lahan 200 m dpl.

Pengolahan Media Tanam

a. Tanah dibongkar dengan cangkul / traktor, dan bersihkan dari sisa akar.
b. Pembuatan teras untuk tanah dengan kemiringan > 10 derajat. Lebar teras minimal 1,5 dengan jarak antar teras tergantung dari jarak tanam.
c. Pembuatan rorak (kotak kayu panjang) pada tanah landai. Rorak berguna untuk menampung tanah yang tererosi. Jika sudah penuh isi rorak dituangkan ke areal di sebelah atas rorak.
e. Pembuatan saluran penguras dan saluran pinggiran jalan yang sesuai dengan kemiringan lahan dan diperkeras.

Cara Penanaman Karet

a. Pola tanam karet terdiri atas :
0 - 3 th tumpangsari dengan padi gogo, jagung, kedele
> 3 th tumpangsari dengan jahe atau kapulogo
b. Pembuatan Lubang Tanam
Jarak tanam 7 x 3 m (476 bibit/ha)
Lubang tanam :
- okulasi stump mini 60 x 60 x 60 cm
- okulasi stump tinggi 80 x 80 x 80 cm
c. Cara Penanaman
- Masukkan bibit dan buka plastiknya dalam lubang tanah dan biarkan 2-3 minggu.

Pemeliharaan Tanaman Karet

a. Penyulaman
Dilakukan saat tanaman berumur 1-2 tahun.

b.Hama dan Penyakit

1. Kutu tanaman (Planococcus citri)
Gejala: merusak tanaman dengan mengisap cairan dari pucuk batang dan daun muda. Bagian tanaman yang diisap menjadi kuning dan kering. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona.
2. Tungau (Hemitarsonemus , Paratetranychus)
Gejala; mengisap cairan daun muda, daun tua, pucuk, sehingga tidak normal dan kerdil, daun berguguran. Pengendalian: Menggunakan BVR atau Pestona

Penyakit yang menyerang bagian akar, batang, daun dan bidang sadap, sebagian besar disebabkan oleh jamur. Penyakit tersebut antara lain :
1. Penyakit pada akar : Akar putih (Jamur Rigidoporus lignosus), Akar merah (Jamur Ganoderma pseudoferrum), Jamur upas (Jamur Corticium salmonicolor),
2. Penyakit pada batang :Kanker bercak (Jamur Phytophthora palmivora), Busuk pangkal batang (Jamur Botrydiplodia theobromae),
3. Penyakit pada bidang sadap : Kanker garis (Jamur Phytophthora palmivora), Mouldy rot (Jamur Ceratocystis fimbriata)
4. Penyakit pada Daun : Embun tepung (jamur Oidium heveae), Penyakit colletorichum (Jamur Coletotrichum gloeosporoides), Penyakit Phytophthora (Jamur Phytophthora botriosa)

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit karena jamur:
- Menanam bibit sehat dan dari klon resisten
- Pemupukan lengkap dan seimbang ( makro - mikro) dengan jenis pupuk, dosis dan waktu yang tepat
- Taburkan Natural Glio sebelum atau pada saat tanam sanitasi kebun
- Pemangkasan tanaman penutup yang terlalu lebat
- Bagian yang terserang segera dimusnahkan
- Penyadapan tidak terlalu dalam dan tidak terlalu dekat tanah
- Pisau sadap steril
- Khusus penyakit embun tepung, daun digugurkan lebih awal dan segera dipupuk nitrogen dengan dosis dua kali lipat dan semprot POC NASA 3-5 tutup/tangki.
Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki .

Panen Karet

Penyadapan pada umur + 5 tahun, dan dapat dilakukan selama 25-35 tahun.

Budidaya Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Perkebunannya menghasilkan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Di Indonesia penyebarannya di daerah Aceh, pantai timur Sumatra, Jawa, dan Sulawesi.

Budidaya Kelapa Sawit


Kelapa sawit berbentuk pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa.

Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon (monoecious diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:
  •     Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.
  •     Mesoskarp, serabut buah
  •     Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetul]]nya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Syarat Tumbuh

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).
Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil, 2000-2500 mm setahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit. 

Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama yang terluas dibudidayakan orang. dari kedua species kelapa sawit ini memiliki keunggulan masing-masing. E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi dan E. oleifera memiliki tinggi tanaman yang rendah. banyak orang sedang menyilangkan kedua species ini untuk mendapatkan species yang tinggi produksi dan gampang dipanen. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Penangkar seringkali melihat tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang, yang terdiri dari
  •     Dura,
  •     Pisifera, dan
  •     Tenera.
Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besar-besar dan kandungan minyak per tandannya berkisar 18%. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang, sehingga tidak memiliki inti (kernel) yang menghasilkan minyak ekonomis dan bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing-masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 28%.

Untuk pembibitan massal, sekarang digunakan teknik kultur jaringan.

Pembibitan

Pembibitan dapat dilakukan dengan satu tahap atau dua tahap pekerjaan. Pembibitan satu tahap berarti kecambah kelapa sawit langsung ditanam di polibag besar atau langsung di pembibitan utama (main nursery). Pebibitan dua tahap artinya penanaman kecambah dilakukan di pembibitan awal (prenursery) terlebih dahulu menggunakan polibag kecil serta naungan, kemudian dipindahkan ke main nursery ketika berumur 3-4 bulan menggunakan polibag yang lebih besar (Dalimunthe, 2009).
Pembibitan dua tahap (double stage) lebih banyak digunakan dan memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan pembibitan satu tahap. Jika menggunakan pembibitan dua tahap, luasan pembibitan menjadi lebih kecil dan memungkinkan untuk dibuat naungan. Keuntungan lainnya, penyiraman menjadi mudah, jadwal pemupukan menjadi mudah, dan bibit terhindar dari penyinaran matahari secara langsung sehingga risiko kematian tanaman menjadi kecil. Jika menggunakan pembibitan satu tahap (langsung menggunakan polibag besar), luas areal yang dibutuhkan cukup besar dan penggunaan naungan tidak efektif. Selain itu, proses penyiraman dan pengawasan menjadi lebih sulit karena tidak semua tanaman dapat dipantau (Dalimunthe, 2009).

Pembibitan Awal (Pranursery)

Pembibitan awal (prenursery) merupakan tempat kecambah kelapa sawit ditanam dan dipelihara hingga berumur tiga bulan. Selanjutnya, bibit tersebut dilakukan selama 2-3 bulan, sedangkan pembibitan main nursery selama 10-12 bulan. Bibit akan siap tanam pada umur 12-14 bulan (3 bulan di prenursery dan 9-11 bulan di main nursery) (Sunarko, 2009).
A. Persyaratan Lokasi
Lokasi untuk pembibitan awal sebaiknya datar atau kemiringan tanah 30 sehingga pembuatan bedengan prenursery nantinya akan rata. Bagian atas bedengan sebaiknya memiliki naungan, berupa atap buatan atau pohon. Pagar prenursery untuk mencegah hewan pengganggu masuk dan merusak pembibitan. Lokasi sebaiknya dekat dengan sumber air. Kondisi debit air harus tetap dan tidak mengandung kapur (pH netral). Lokasi harus dekat sumber media dengan topsoil yang cukup untuk mengisi babybag (polibag kecil), tanah tidak bercadas atau tidak berkapur, dan akses jalan yang mudah dijangkau (Fauzi, 2007).
B. Pemesanan Kecambah
Seleksi dilakukan dengan memilih penggunaan kecambah yang baik dan dapat mencukupi kebutuhan. Satu hektar lahan tanaman dengan populasi 143 pohon membutuhkan kecambah 220 biji dengan asumsi kecambah yang mati dan abnormal sekitar 25% untuk kebutuhan penyulaman sekitar 10%. Waktu pemesanan kecambah diatur agar kecambah sudah tertanam di babybag prenursery 13-14 bulan sebelum penanaman di lapangan (Steko, 2010).
Polibag kecil yang digunakan sebaiknya berwarna hitam, jika terpaksa bisa menggunakan polibag kecil berwarna putih. Polibag berukuran panjang 14 cm, lebar 8 cm, dan tebal 0,14 cm. Selain itu, bisa juga menggunakan babybag hitam dengan ukuran14 x 22 x 0,07 cm (200 lembar/kg) media tanam yang digunakan berupa campuran topsoil dan kompos dengan perbandingan 6:1 atau campuran pasir, pupuk kandang, dan topsoil dengan komposisi 1:1:3. Bedengan pembibitan prenursery dibuat dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter. Tinggi bedengan berkisar 0,1-0,15 meter dengan jarak antar bedengan 0,8 meter. Satu petak prenursery tanki siram 1.000 liter dapat mencukupi penyiraman 700-800 babybag kecambah (Subiantoro, 2003).
C. Penanaman Kecambah
Letakkan kecambah di tempat yang teduh, kemudian segera tanam ke dalam baybag. Kecambah hanya dapat bertahan 3-5 hari di tempat penghasil kecambah. Dua hari menjelang penanaman kecambah, media tanam yang berada di dalam babybag harus disiram setiap pagi. Gemburkan permukaan media dengan jari telunjuk atau dengan ibu jari, kemudian buat lubang untuk meletakkan kecambah. Masukkan kecambah sedalam 1,5-2 cm di bawah permukaan tanah, lalu ratakan kembali hingga menutup kecambah tersebut. Bagian bakal akar (radikula) yang berbentuk agak tumpul dan berwarna lebih kuning harus mengarah ke bawah dan bakal daun (plumula) yang bentuknya agak tajam dan berwarna kuning muda mengarah ke atas (Subiantoro, 2003).
D. Naungan
Naungan atau pelindung bisa berupa pohon hidup atau naungan buatan yang terbuat dari daun kelapa sawit. Ukuran tingggi tiang dua meter (depan belakang sama) dan jarak antar tiang tiga meter. Naungan dipertahankan hingga kecambah berdaun 2-3 helai. Setelah itu, naungan berangsur-angsur dikurangi dari arah timur agar sinar matahari pagi bisa lebih banyak masuk ke bedengan. Pengurangan naungan dilakukan secara bertahap dan jangan semapai terlambat karena dapat mengahambat pertumbuhan tanaman. Sebaliknya, jika pengurangan terlalu cepat maka akan menyebabkan tanaman stress. Pengurangan naungan dilakukan setelah bibit berumur 6 minggu (Sunarko, 2009).
E. Penyiraman dan penyiangan
Penyiraman dilakukan setiap hari secara teratur, yakni pada pagi hari saat pukul 06.00-10.30 dan sore hari dimulai pukul 15.00. Volume air yang disiramkan sekitar 0,25-0,5 liter per bibit. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang tumbuh di babybag menggunakan tangan. Penyiangan sebaiknya dilaksanakan dua minggu sekali. Rumput dikumpulkan di antara bedengan agar kering terkena sinar matahari (Sunarko, 2009).
F. Pemupukan
Selama tiga bulan di prenursery biasanya bibit tidak dipupuk. Namun, jika tampak gejala kekurangan hara dengan gejala seperti daun menguning, bibit perlu dipupuk menggunakan pupk N dalam bentuk cair. Konsentrasi pupuk urea atau pupuk majemuk sekitar 0,2% atau 2 gram per liter air untuk 100 bibit. Pupuk diaplikasikan melalui daun dengan cara disemprot pada bibit berumur lebih dari satu bulan atau telah memiliki tiga helai daun. Frekuensi pemupukan dilakukan seminggu sekali (Sunarko, 2009).

Penanaman Di Lahan

Pertama, Persiapan lahan
Biasanya kelapa sawit sering ditanam pada lahan bekas hutan yang baru akan dibuka untuk pertanian, ada juga lahan bekas perkebunan karet atau lainnya, ataupun bekas tanaman kelapa sawit yang sudah tua dan akan dilakukan peremajaan kembali. Sekarang kenali dulu calon lahan yang akan anda tanami..

Untuk persiapan lahan perlu dilaksanakan proses pembukaan lahan yang secara mekanis, pada bekas hutan atau bekas tanaman lain seperti karet dan sebagainya terdiri dari beberapa pekerjaan, yakni: a) menumbang, yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar tanahnya terlepas dari tanah; b) merumpuk, yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran. c) merencek dan membakar, yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. d) pengolahan tanah secara mekanis.
Sedangkan pada pada tanah bukaan ulangan terdiri dari pekerjaan, yakni: a) pengolahan tanah secara mekanis dengan menggunakan traktor. b) meracun batang pokok kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter pada pokok tua. Lubang diisi dengan Natrium arsenit 20 cc per pokok, kemudian ditutup dengan bekas potongan lubang; c) membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pokok kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan telah kering lalu dibakar; d) pada bukaan ulangan pembersihan bekas-bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Oryctes) atau penyakit ( misalnya cendawan Ganoderma).

Kedua, Pemancangan
Maksud pemancangan adalah untuk menentukan tempat yang akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam yang dipakai. Ajir harus tepat letaknya, sehingga lurus bila dilihat dari segala arah, kecuali di daerah teras dan kontur. System jarak yang digunakan adalah segitiga sama sisi, dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m yang nantinya populasi tanaman sekitar 122 pohon. Ada juga petani yang menggunakan teknik mata lima atau anda langung mengukur jarak tanam 8m x 9m atau bahkan 8m x 8m. Berapanpun ukuran jarak yang akan akan jadikan patokan dalam penanam seharusnya tidak terlalu rapat karena akan mempengaruhi produksifitas pohon tersebut. Jadi jangan memaksakan untuk menanam populasi pohon sawit terlalu banyak dengan mempersempit jarak tanam, hal ini yang akan berakibat fatal.

Budidaya Kelapa Sawit
Ketiga, Pembuatan lubang tanaman
Lubang tanaman dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukuran lubang, panjang x lebar x dalam adalah 50 cm x 40 cm x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah Utara dan Selatan lubang.

Keempat, Menanam
Cara menanam bibit yang ada pada polybag, yaitu:
- Siapkan bibit yang siap tanam pada masing-masing lubang tanam yang sudah dibuat.
- Siramlah bibit yang ada pada polybag sehari sebelum ditanam agar kelembaban tanah dan persediaan air cukup untuk bibit.
- Sebelum penanaman dilakukan pupuklah dasar lubang dengan menaburkan secara merata pupuk fosfat seperti Agrophos dan Rock Phosphate sebanyak 250 gram per lubang.
- Buatlah keratin vertical pada sisi polybag dan lepaskan polybag dari bibit dengan hati-hati, kemudian masukkan ke dalam lubang.
- Timbunlah bibit dengan tanah galian bagian atas (top soil) dengan memasukkan tanah ke sekeliling bibit secara berangsur-angsur dan padatkan dengan tangan agar bibit dapat berdiri tegak.
- Penanaman bibit harus diatur sedemikian rupa sehingga permukaan tanah polybag sama ratanya dengan permukaan lubang yang selesai ditimbun, dengan demikian bila hujan, lubang tidak akan tergenang air.
- Pemberian mulsa sekitar tempat tanam bibit sangat dianjurkan.
- Saat menanam yang tepat adalah pada awal musim hujan.

BUAH SAWO DUREN "yang terlupakan"

BUAH SAWO DUREN


buah yang satu ini merupakan buah yang sudah mulai terlupakan oleh lidah masyarakat. buah yang memiliki rasa manis dengan daging buah yang lembut dan pastinya getah yang biasanya membuat mulut terasa lengket ini memiliki banyak manfaat. bahkan di negara - negara eropa buah ini menjadi salah satu buah yang sangat di gemari karena segudang manfaat dari seluruh buahnya. baik itu kulit maupun getah yang terdapat di buahnya. untuk lebih jelas....yuk di kupas buahnya....











BUAH SAWO DUREN

Klasifikasi
Kerajaan:                     Plantae
Supkerajaan:                Tracheobionta
Divisi:                          Magnoliophyta 
Supdivisi:                     Spermatophyta
Kelas:                           Magnoliopsida
Supkelas:                      Dilleniidae
Ordo:                           Ericales
Famili:                          Sapotaceae
Genus:                          Chrysophyllum
Spesies:                        C. cainito


Sawo duren adalah nama sejenis buah dari suku sawo-sawoan (Sapotaceae). Buah ini juga dikenal dengan nama sawo apel, sawo ijo atau apel ijo (Jw.), sawo hejo (Sd.), sawo kadu (Banten), dan kenitu atau manécu (Jatim).

Nama-nama dalam pelbagai bahasa asing misalnya di Filipina dengan sebutan cainito, Inggris dengan sebutan caimito dan star apple, Thailand dengan sebutan sataa appoen serta Malaysia dengan sebutan sawu duren dan pepulut. Buah ini dikenal pula dengan aneka nama lain seperti chicle durian, sterappel, golden leaf tree, abiaba, pomme de lait, estrella, aguay dan lain-lain. Nama ilmiahnya adalah Chrysophyllum cainito.

Pohon yang selalu hijau dan tumbuh cepat, tinggi hingga 30 m, dengan batang berkayu, silindris, tegak, pepagan berpermukaan kasar berwarna cokelat, abu-abu gelap sampai keputihan; dengan banyak bagian pohon yang mengeluarkan lateks --getah putih yang pekat-- manakala dilukai.

Daun tunggal berwarna coklat-keemasan (chrysophyllum berarti daun yang berwarna keemasan), karena bulu-bulu halus yang tumbuh terutama di sisi bawah daun dan di rerantingan; permukaan atasnya lekas gundul dan berwarna hijau cerah. Duduk daun berseling, memencar, bentuk lonjong sampai bundar telur terbalik, 3-6 x 5-16 cm, seperti kulit, bertangkai 0,6-1,7 cm panjangnya.

Perbungaan terletak di ketiak daun, berupa kelompok 5-35 kuntum bunga kecil-kecil bertangkai panjang, kekuningan sampai putih lembayung, harum manis. Kelopak 5 helai, bundar sampai bundar telur; mahkota bentuk tabung bercuping 5, bundar telur, panjang sampai 4 mm.

Buah ini berbentuk bulat hingga bulat telur sungsang, berdiameter 5-10 cm, dengan kulit buah licin mengkilap, coklat keunguan atau hijau kekuningan sampai keputihan. Kulit agak tebal, liat, banyak mengandung lateks dan tak dapat dimakan. Daging buah putih atau keunguan, lembut dan banyak mengandung sari buah, manis, membungkus endokarp berwarna putih yang terdiri dari 4-11 ruang yang bentuknya mirip bintang jika dipotong melintang. Biji 3-10 butir, pipih agak bulat telur, coklat muda sampai hitam keunguan, keras berkilap.

Kegunaan
Sawo duren umumnya dikonsumsi sebagai buah segar, meski juga dapat digunakan sebagai bahan baku es krim atau serbat (sherbet). Pohon sawo duren menghasilkan buah setelah berumur 5-6 tahun, dan biasanya musim puncak buah itu di Jawa terjadi pada musim kemarau.

Banyak bagian pohon yang berkhasiat obat; misalnya kulit kayunya, getah, buah dan biji. Rebusan daunnya dipakai untuk menyembuhkan diabetes dan rematik. Dari pepagannya (kulit kayu) dihasilkan obat kuat dan obat batuk.

Pohonnya kerap digunakan sebagai tanaman hias dan peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Kayunya cukup baik sebagai bahan bangunan. Dan cabang-cabangnya yang tua dimanfaatkan untuk menumbuhkan anggrek.

Penyebaran
Sawo duren berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Hindia Barat. Karena manfaatnya, kini sawo duren telah menyebar ke seluruh daerah tropis. Di Asia Tenggara, sawo duren banyak ditanam di Filipina, Thailand dan Indocina bagian selatan.

pabrik kelapa sawit


PENDAHULUAN.

Kebutuhan pangan dunia dan kebutuhan energy dunia kini dan kedepan akan terus bersaing, dan dari kedua kebutuhan utama tersebut semua bertopang pada produk pertanian. Hal ini di karenakan bahwa menipisnya cadangan minyak dan biogas dunia yang tidak dapat di perbaharui. Dan demi keberlanjutan untuk pemenuhan kebutuhan energy tersebut, manusia beralih dan mulai memusatkan pada sector pertanian sebagai media untuk menanggulangi kekurangan energy.
                Banyak temuan yang telah dilakukan oleh para peneliti bahwah terdapat produk – produk tertentu dalam bidang pertanian yang dapat menggantikan cadangan minyak bumi, diantaranya kelapa sawit, jarak, dll. walaupun dalam beberapa hal, temuan – temuan yang lain juga berlanjut mulai dari penemuan dan pemanfaatan gas metan dari sisa pembuangan atau limbah organic dari mahluk hidup. Namun khususnya, minyak sebagai kebetuhan energy harus dan mungkin tidak dapat di elakkan lagi pemenuhannya melalui produk pertanian.
                Dari permasalahan kebutuhan energy tersebut, maka cendrung akan menimbulkan permasalahan baru yaitu tentang ekosistem. Keseimbangan ekosistem  sangat penting dalam keberlanjutan kehidupan. Permasalahannya adalah, perluasan lahan pertanian yang di iringi dengan perluasan pemukiman penduduk. Hal ini dapat di pastikan karena pemanuhan kebutuhan energy kedepannya akan membutuhkan lahan yang luas agar keseimbangan pangan dan energy terpenuhi. Namun masih ada ekosistem lagi yang terancam yaitu ekosistem hutan. Hal ini di karenakan oleh semakin luasnya pemukiman dan lahan pertanian yang di butuhkan.

LATAR BELAKANG PERUSAHAAN.

                Perkebunan kelapa sawit merupakan perkebunan yang memiliki peluang besar kedepannya, Baik dalam bidang pangan maupun energy. Oleh karena itu kebutuhan CPO (Crude Palm Oil) untuk masa depan akan sangat besar. selain perluasan lahan yang di gunakan sebagai perkebunan kelapa sawit yang terus meluas dan berkembang, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang berperan sebagai pengolahan pertama pada hasil perkebunan sawit yang berupa CPO (Crude Palm Oil) juga sangat penting di kembangkan untuk mengimbangi antara hasil perkebunan dengan pengolahan CPO, agar tidak terjadi overload di setiap pabrik.
                PKS merupakan pabrik pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil). Proses pengolahan yang dilakukan yaitu mulai dari proses perebusan, penggilingan, penyaringan dan pemurnian CPO serta pemisahan kernel (inti) dari buah, penyaringan dan pemisahan inti buah, dan pemisahan limbah baik limbah cair dan limbah padat yang berupa cangkang dan serat juga janjang buah (TKKS).
                Dalam hal ini, perusahaan ini berjalan dalam bidang pengolahan bahan mantah yang berupa hasil perkebunan menjadi produk setengah matang yang berupa minyak mentah (CPO).

PROFIL PERUSAHAAN.

Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan pabrik yang berperan sebagai pengolah bahan mentah sawit menjadi minyak mentah (CPO). Dalam proses pembangunan pabrik ini memerlukan beberapa kebutuhan utama yaitu di antaranya :

1.       Lahan.
2.       Bangunan.
3.       Mesin pengolahan.
4.       Mesin pengolah limbah.
5.       Mesin penyaringan.
6.       Mesin pemisahan.
7.       Timbangan (tonase).
8.       Trasportasi.
9.       Tangki minyak mentah (CPO).
10.   Waduk air.
11.   Waduk limbah.

A.      LAHAN DAN BANGUNAN.

Lahan merupakan factor utama dalam pembuatan proyek perusahaan. Penempatan dan pendirian parusaan haruslah terletak dalam letak yang mudah di jangkau dan dan di lalui oleh trasportasi.  Dan tentunya untuk perusahaan pabrik penempatan dilakukan jauh dari pemukiman besar penduduk.
Untuk mendirikan proyek ini kebutuhan lahan sangat berkaitan dengan besar kecilnya hasil produksi. Oleh karena itu di butuhkan lahan seluas ±13 Ha lahan.

Lahan tersebut di bagi atas beberapa kebutuhan di antaranya :
No
Luas (Ha)
kebutuhan
1
2
Bangunan pabrik
2
1
Bangunan kantor perumahan
3
2
waduk air
4
5
waduk limbah cair
5
1
Penampungan limbah padat cangkang
6
0.2
Penampungan limbah padat janjang buah
7
1
Pengelohan limbah cair
8
0.2
Penampungan sawit.
9
0,5
Gudang, prkir, dll

  
a.       Spesifikasi mesin produksi

1.       Stasiun penerimaan TBS.
1 (satu) unit timbangan, jembatan timbangan (weighbridge) buatan USA dengan kapasitas 30.000 kg menggunakan empat load cell, perlu disediakan dan dipasang di kantor. Loading Ramp (tempat penimbun) dengan 9 pintu dan digerakkan secara hydraulic buatan USA dengan kapasitas + 12,5 ton TBS per pintu dipasang di ujung bangunan.

2.       Stasiun rebusan (sterilizer).
2 (dua) unit sterilizer dengan ukuran diameter 2700 mm, dengan panjang + 22.000 mm yang memuat 9 lorry sekali merebus termasuk yang akan kami laksanakan. Lorry (fruit cages) mempunyai kapasitas 5 ton TBS dan jumlah lorry yang kami usulkan 54 unit dengan memakai “bronze bushing” dan Roller Bearing. Sterilizer akan dioperasikan secara automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan perebusan “triple peak” yang kebanyakan dilaksanakan di pabrik-pabrik minyak kelapa sawit di Sumatera Utara.

3.       Stasiun Penebah (Threshing Station)
1 (satu) unit Hoisting Crane buatan Germany/USA yang dioperasikan di atas lantai Marshalling Yard dengan ketinggian + 7 m. Fruit Cages (lorry) hanya diangkat ± 50 cm diatas lantai jadi jauh lebih safety dari pada hoisting crane yang tingginya 14,5 m. 1 (satu) unit Bunch Conveyor dan 1 (satu) unit mesin penebah (Thresher) diperlukan dalam stasiun ini.

4.       Stasiun Kempa (Pressing Station)
2 (dua) unit Kempa (Screw Press) dengan kapasitas 15 ton TBS/jam, buatan Malaysia atau bisa juga buatan local Medan yang akan digunakan. Berikut dengan 2 (dua) unit mesin pelumat (Digester) dengan kapasitas 3500 L.

5.       Stasiun Pemurni (Clarification Station)
3 (tiga) unit mesin Sludge Centrifuge buatan Malaysia dan 2 (dua) unit mesin Purifier dan 1 (satu) unit mesin pengering Vacuum Dryer buatan Malaysia merupakan mesin-mesin yang kami pasang, termasuk perlengkapannya, seperti pompa vakum, pompa transfer dan lain-lain. Pemurnian secara terus-menerus (continue) termasuk dalam system ini, dan kami gunakan Integrated  5 in 1 Tank (seperti design kami yang terbaru).
Dalam system ini 5 (lima) unit tangki dijadikan satu atau istilahnya “Five in One”, yaitu :
1.      Continuous Settling Tank (C.S.T)
2.      Sludge Oil Tank (S.O.T)
3.      Hot Water Tank (H.W.T)
4.      Pure Oil Tank (P.O.T)
5.      Sludge Drain Tank (S.D.T)
Sebenarnya ini hanya bertujuan untuk penghematan pemakaian Raw Material & Machinery. Dalam hal ini kita bisa menghemat lebih dari Rp 1,2,- M dibandingkan memakai peralatan Sludge Separator buatan Germany/USA apalagi memakai Decanter. Decanter saat ini harga sekitar Rp. 1,5,- M dan untuk pabrik kapasitas 30 – 60 ton perlu 2 (dua) Decanter atau harganya sudah Rp. 3,- M.

6.       Stasiun Kernel (Kernel Recovery Plant)
Cracked mixture akan diproses dengan memakai proses kering yaitu “Dry Separation Coloumn”. Pada kolom pertama, yang dikerjakan yaitu kernel utuh dikirim langsung ke kernel silo dan pada kolom yang kedua yaitu kernel dan sebagian cangkang (shell) akan dikirim ke hydrocyclone untuk pemisahan selanjutnya. Jadi di sini terjadi 3 kali pemisahan antara kernel dengan cangkang yaitu di kolom LTDS pertama, kolom LTDS kedua kemudian   di Hydrocyclone. Kernel yang kering akan ditimbun di Bulk Silo buatan sendiri dengan kapasitas 300 ton bisa menghemat + Rp 50,- juta lebih seperti di PT. Sago Nauli di Natal, PT.Agro Mitra Madani (Bakrie Plantation) di Jambi, PT. Mitra Agung Sawita Sejati di Simalungun dan  PT. Sumber Jaya Indahnusa Coy di Riau. Menurut hemat kami menggunakan Hydrocyclone, lebih baik agar pabrik kelihatan bersih dan operation costnya murah.

7.       Water Supply
Yang termasuk dalam water supply adalah :
1.      Raw Water Treatment Plant
2.      Boiler Feed Water Treatment Plant  
Pada Boiler Feed Water Treatment Plantnya, kami akan memakai “Demin Plant” saja dan bukan “Water Softener”.
Namun seandainya air sungai mengandung kadar silicanya (SiO2) kurang dari < 8 ppm, maka kami memakai “Water Softener”.
Untuk transport air dari sungai sampai ke “Clarifier” kami gunakan pipa hitam medium diameter 8 inchi. “Water Intake Pump House”nya kami buat ponton kecil atau lanting.

8.       Steam Boiler
1 (Satu) unit ketel (Steam Boiler) diperlukan untuk proses pabrik kelapa sawit. Ketel dengan kapasitas 20.000 kg/jam, merupakan ketel pipa air (Water Tube Boiler) dan uapnya merupakan “Superheated Steam” dan mempunyai temperatur 260°C dan tekanan 21 kg/cm².
Pada waktu mulai mengadakan “Pengeringan (Drying Out)”. Kami akan menggunakan Boiler lisensi dari Inggris.

9.       Pembangkit Tenaga Listrik (Generator)
1 (Satu) unit Turbin kapasitas 900 KW dan 2 (dua) unit  diesel generator set 350 KW (400 KVA) dan 200 KW merupakan design yang kami berikan untuk start up/shut down boiler gensetnya buatan Inggris. Turbin memakai buatan USA. Namun selama pembangunan proyek Genset yang 200 KW akan kami pakai dahulu untuk bekerja dan setelah proyek selesai akan dipakai untuk maintenance pabrik.
10.   Pengendalian Air Limbah (Effluent Treatment Plant)
Kami akan memasang dan menyediakan cooling tower, pompa recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC.
Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain, serta pembuatan parit-parit.

11.   Pekerjaan Listrik
Pekerjaan listrik yang kami kerjakan ini adalah untuk pabrik minyak kelapa sawit dengan kapasitas 30 – 60 ton TBS/jam.
Saat ini kira-kira pekerjaan listrik untuk pabrik kapasitas 30 – 60 ton TBS / jam sekitar         Rp. 1.900.000.000,- (Satu Milyar Sembilan Ratus Juta Rupiah).

12.   Water Reservoir (Waduk)
Apabila sungainya kecil maka harus dibuat waduk (Water Reservoir) yang menampung air        + 30.000 M3, sehingga tidak kesulitan air. Untuk pabrik kapasitas 30 – 60 Ton TBS per jam diperlukan + 60 m3 air per jam. Jadi Water Reservoir tersebut muat 25 hari kerja, berarti cukup menampung kebutuhan air selama 1 (satu) bulan.

B.      KAPASITAS PRODUKSI.

Dalam proyek ini, hasil produksi maksimum yang direncanakan yaitu sebesar 45 ton TBS/jam selama 20 jam/hari. Perhitungan hasil produksi tersebut berdasarkan pada kapasitas produksi mesin yang di pakai yaitu :

1.       Mesin produksi CPO dan inti kelapa sawit.

Mesin yang di pakai yaitu mesin yang berkapasitas sedang dengan daya produksi maksimal sebesar 45 ton per sekali produksi dalam 1 jam.
Dalam proses produksi,  bobot per ton buah sawit menghasilkan ± 200 kg CPO, ±150 kg inti kelapa sawit (kernel),±600 kg POME (limbah cair),±200 kg serat dan cangkang, dan ±300 kg TKKS (janjangan). Hasil tersebut dapat meningkat bahkan menurun sesuai jenis kelapa sawit yang di produksi.
z = bobot CPO/ton.
y = kapasitas produksi maksimal mesin produksi.
Z = hasil mesin produksi CPO maksimal/hari.
s= bobot inti kelapa sawit/ton.
S = hasil produksi inti kelapa sawit maksimal/hari.
r = bobot limbah cair /ton.
o = limbah padat janjang/ ton.
n = limbah padat cangkang/ton.
R = hasil limbah cair maksimal.
O = hasil limbah padat janjang maksimal.
N = hasil limbah serat cangkang maksimal.

Dik                  : 1 ton produksi                 = 200 kg CPO
                                                                        = 150 kg inti kelapa sawit
                                                                        = 600 kg limbah cair.
                                                                        = 230 kg limbah padat janjang.
                                                                        = 190 kg limbah serat dan cangkang.
a.       Jadi hasil produk.

: Z = z . Y
                        : Z = 0,2 . 45
: Z = 9  ton/ jam
: dalam 20 jam adalah = 9 x 20 = 180 ton

: S = s . Y
: S = 0,15 . 45
: S = 6,75 ton/jam
: dalam 20 jam  adalah = 6,75 x 20 = 135 ton.


b.      Hasil limbah

: R = r . Y
: R = 0,6. 45
: R = 27 ton/ jam
: dalam 20 jam adalah = 27 x 20 = 540 ton.

: O = o . Y
: O = 0,23 . 45
: O = 10,35 ton/jam
: dalam 20 jam adalah = 10,35 x 20 = 207 ton.

: N = n . Y
: N = 0,19 . 45
: N = 8,55 ton/ jam
: dalam 20 jam adalah = 8,55 x 20 = 171 ton.
                       
Sehingga dalam satu hari (20 jam) produksi, pabrik bisa menghasilkan antara lain :
a.       CPO (Crude Palm Oil)     = 180 ton.
b.      Inti kelapa sawit               = 135 ton.
c.       Dan limbah sebesar :
·         Cair                                                        = 540 ton.
·         Padat janjang                                    = 207 ton.
·         Padat serat dan cangkang            = 171 ton.

C.      PENGOLAHAN LIMBAH.

a.       Limbah cair.
Pengolahan air limbah (Effluent Treatment) adalah pengolahan limbah pabrik yang belum memenuhi persyaratan (BOD, COD, pH, ammonia, dll). Air buangan yang masih mengandung minyak, disalurkan ke fat-pit untuk mengutip kembali sampai batas-batas tertentu. Usaha ini untuk memperoleh minyak sawit dan merupakan tindakan untuk memperbaiki kualitas air limbah.
Pembusukan anaerobik, yang sudah sangat umum dalam penanganan endapan kotoran, sama pentingnya atau bahkan lebih berguna dalam penanganan sisa-sisa industri. Proses tersebut dapat digunakan menurut urutannya yang normal sebagai suatu cara penanganan seperti:
1.       Tangki/bak netralisasi (Netralizing Tank).
Tangki ini dipakai untuk menaikkan pH limbah pabrik dari 4,2 menjadi 7,0. Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan.
2.       Menara Pendingin (Cooling tower).
Menara pendingin dipakai untuk menurunkan suhu limbah pabrik sebelum dimasukkan ke dalam kolam-kolam dari 70 0C menjadi 30 0C. Hal ini dilakukan karena pada suhu 70 0C bakteri-bakteri pengurai (pembuat gas methan) mati, sedangkan suhu optimum 40 0C. Alat ini terdiri dari menara yang dipasang kisi-kisi dengan tujuan untuk mempercepat proses pendinginan. Limbah dari pabrik dipompakan ke bagian atas menara pendingin dan turun terpencar melalui kisi-kisi, sehingga terjadi penurunan suhu. Apabila pancaran tidak merata, adakan pemeriksaan dan perbaikan pada kisi-kisi.
3.       Kolam Pembiakan/Seeding Pond.
Dipakai untuk membiakkan bakteri yang akan bekerja di dalam anaerobik pond. Sewaktu-waktu diberi limbah PKS sebagai makanan, dan pada waktu-waktu tertentu sebagian diisikan ke dalam anaerobik (dengan cara over flow). Tidak seluruh limbah melalui seeding pond. Bakteri dalam seeding pond hidup, apabila terdapat gelembung-gelembung gas methan yang timbul. PH selalu dijaga tidak boleh lebih kecil dari 6,5-6,8 dengan penambahan abu janjang, kapur/soda ash.
4.       Kolam/Tangki Anaerobik (Anaerobik Pond/Tank).
Pengolahan limbah PKS yang terutama terjadi disini, dimana lemak diubah menjadi gas methan. Anaerobik pond ini dapat menampung air limbah hasil pengolahan 600 m3/hari selama 120 hari (lemak diubah menjadi asam organik dan selanjutnya asam organik tersebut diubah menjadi gas methan oleh bakteri anaerob pembuat methan (Methanobacterium Omelianskii). Untuk lebih mengaktifkan reaksi terjadinya methan, maka cairan dari anaerobik pond belakang harus dipompakan secara kontinue setiap hari ke dalam anaerobik muka (Recycling). Apabila bakteri dalam kolam ini kurang aktif dari seeding pond dengan cara memompakan cairan dari dalam kolam ini. Anaerobik ke dalam seeding pond, yang secara over flow bakteri aktif mengalir ke dalam kolam anaerobik. Derajat kemasaman (pH) dalam kolam ini harus dijaga minimal 6.
5.       Kolam Aerasi (Aeration Pond).
Kolam aerasi/aeration pond dipakai untuk memperkaya oksigen dan membunuh bakteri anaerob dengan cara menyebarkan cairan ke udara dengan mempergunakan aerator, ataupun dengan memasukkan udara ke dalam cairan dengan menggunakan kompressor. Aerator ataupun kompresor harus berjalan terus menerus selama 24 jam/hari.
6.       Kolam Pengendapan/Settling Pond
Kolam pengendapan dipakai untuk mengendapkan zat-zat padat yang dikandung oleh cairan yang berasal dari kolam aerobik. Apabila dijumpai pendangkalan akibat pengendapan zat-zat padat, diadakan pembersihan/pengerokan.
7.       Kolam aerobik/Aerobic Pond.
Kolam ini dipakai untuk memberikan kesempatan cairan dari kolam pengendapan untuk menyerap lebih banyak oksigen dari udara. Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air limbah, dan dipakai untuk memberi kesempatan kepada cairan yang berasal dari kolam pengendapan menyerap oksigen lebih banyak.

PEMBUATAN ENERGY DARI LIMBAH CAIR.

Limbah pabrik kelapa sawit sangat melimpah. Saat ini diperkirakan jumlah limbah pabrik kelapa sawit (PKS) di Indonesia mencapai 28,7 juta ton limbah cair/tahun dan 15,2 juta ton limbah padat (TKKS)/tahun. Dari limbah tersebut dapat dihasilkan kurang lebih 90 juta m3 biogas. Jumlah ini setara dengan 187,5 milyar ton gas Elpiji. Jumlah biogas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan gas satu milyar KK (kepala keluarga) selama satu tahun.
Perombakan bahan organik ini terjadi dalam kondisi tanpa oksigen (O2) yang disebut kondisi anaerob. Secara alami proses pembentukan gas metan ini sangat lambat dan gas yang dihasilkan juga sedikit. Untuk dapat merombak limbah PKS menjadi biogas dalam jumlah besar, diperlukan sedikit rekayasa.
Limbah cair ditempatkan pada tempat khusus yang disebut bioreaktor. Bioreaktor dapat diatur sedemikian rupa sehingga kondisinya optimum untuk memproduksi biogas. Dapat pula ditambahkan mikroba-mikroba yang akan mempercepat pembentukan gas metan.Bioreaktor ditutup rapat yang tidak memungkinkan gas metan yang dihasilkan keluar dari bioreaktor.
Gas metan dialirkan atau dipompa ke tangki penampungan. Gas yang sudah tertampung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Gas metan dapat juga dimampatkan dan dicairkan yang kemudian ditampung di tabung-tabung yang lebih kecil, seperti layaknya tabung elpiji.
Proses pengolahan limbah padat TKKS menjadi biogas lebih sulit dibandingkan dengan limbah cair. TKKS adalah senyawa organik yang lebih komplek daripada limbah cair. TKKS harus dirobak atau didekomposisi terlebih dahulu sehingga mikroba metanogenik dapat memanfaatkannya untuk menghasilkan gas metan.
b.      Limbah TKKS (janjangan).

Limbah lain yang sangat besar jumlahnya selain limbah cair adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang mencapai 230 kg dari setiap ton TBS yang diolah. Jumlah ini sangat besar dan menggunung di pabrik-pabrik kelapa sawit. Dulu TKKS langsung dibuang tanpa dicacah terlebih dahulu. Perlakuannya yaitu :
1.       Pengembalian ke dalam lahan sebagai bahan organic (pengomposan).
Yaitu dengan menyebar kembali ke dalam lahan setelah dilakukan proses pencacahan, sehingga dapat mempercepat proses pembusukan atau dekomposisi oleh bakteri.
2.       Pembuatan media jamur konsumsi.
Yaitu TKKS dapat di gunakan sebagai media jamur yang dapat di konsumsi seperti jamur merang, dll.

c.       Limbah serat dan cangkang.

Fiber dan cangkang umumnya digunakan sebagai bahan bakar boiler. Uap dari boiler dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik dan untuk merebus TBS sebelum diolah di dalam pabrik.
Dan cangkang dapat juga di gunakan sebagi penutup jalan – jalan di perkebunan. Yaitu dengan cara di sebar di seluruh jalan tanah denga tujuan jalan tidak berdebu saat kemarau dan lengket saat musim hujan.

D.      PERINCIAN INVESTASI.
1.       Peralatan Produksi.

a.       Table Mesin produksi    .
No
Nama
Stasiun
Kapasitas (ton)
jumlah
Harga (USD)
Product
Spesifikasi
1
Weighbridge (tonase)
Penerimaan
30
1
160.000
USA
empat load cell
2
Loading Ramp (tempat penimbun) 9 pintu.
penerimaan
12,5 /pintu
1
250.000
USA
Hydrolic style
3
Sterilizer
Perebusan
9 lorry
2
150.000 x 2 = 300.000
USA
bronze bushing dan Roller Bearing. Sterilizer akan dioperasikan secara automatic. Dengan system automatic bisa melaksanakan perebusan triple peak
4
Lorry
Perebusan
5
54
200x 54 = 10800
USA

5
mesin penebah (Thresher)
penebah


250.000
USA

6
unit Kempa (Screw Press)
kempa
15
2
250.000 x 2 = 500.000
Malasya atau local.

7
mesin pelumat (Digester)
kempa
3500 L
2
250.000 x 2 = 500.000
Malasya

8
mesin Sludge Centrifuge
Pemurnian

3
150.000 X 3 = 450.000
USA

9
mesin Purifier
Pemurnian

2
150.000 X 2 = 300.000
USA

10
mesin pengering Vacuum Dryer
pemurnian

1
500.000
USA

11
Tanki
Pemurnian
1.000.000 L/tanki
5
100.000 x 5 = 500.000
USA
1. Continuous Settling Tank (C.S.T), 2. Sludge Oil Tank (S.O.T), 3. Hot Water Tank (H.W.T), 4. Pure Oil Tank (P.O.T), 5. Sludge Drain Tank (S.D.T)
12
Cracked mixture
kernel
300
1
300.000
USA
kernel silo, hydrocyclone, Bulk Silo.
13
ketel (Steam Boiler)
Boiler
20 ton/jam
1
400.000
England

14
Turbin
generator
900 KW
1
500.000
England

15
diesel generator set

350 KW (400 KVA) dan 200 KW
2
100.000 x 2 = 200.000
England

16
cooling tower
Pengendali limbah
250.000L/jam
1
250.000
USA

17
pompa recirculation
Pengendali limbah
500.000L/jam
1
150.000
USA

18
surface aerator
Pengendali limbah
500.000L/jam
1
150.000
USA

19
pipa-pipa dari PVC
Pengendali limbah

1
100.000
USA

Jumlah
5.868.000


b.      Perlengkapan pendukung.
No
Nama
Stasiun
Kapasitas
Jumlah
Harga (USD)
Product
Spesifikasi
1
Boiler Feed Water Treatment Plant  
Water supply
100 m3/jam
1
150.000

Demin Plant, Water Softener
2
excapator
Penampungan limbah TKKS, cangkang, cair

5
25.000 x 5 = 125.000
HITACHI XX300
Long arm, phantom
4
Bulldozer
Penampungan limbah cangkang & TKKS.

10
15.000 x 10 = 150.000
Komatshu, chartepilar.

5
Traktor
TKKS

15
17.000 x 15 = 255.000
Komatshu SS 1000
Dump, roller.
6
Tanki
Penampungan gas metan
100.000 L
5
10.000 x 5 = 50.000


7
Mesin pompa
Penampungan gas metan
150 KW
5
5000 x 5 = 25.000
USA

Jumlah
755.000
                                       
E.       PEMASUKAN DAN PENGELUARAN PERUSAHAAN.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga crude palm oil (CPO) di dalam negeri, di BKDI (Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia) ditutup menguat. Harga CPO berjangka untuk penyerahan Februari 2012 ditutup pada level harga Rp9.430 per kilogram atau menguat sebesar Rp90 per kilogramnya.
Sementara itu harga kontrak olein di Bursa Berjangka Jakarta untuk pengiriman Maret 2012 ditutup pada harga Rp9.500/kg, sementara untuk kontrak April ditutup pada Rp9.390/kg.
Informasi Pasar Komoditi Domestik dan Internasional Bappebti menyebutkan di pasar fisik, harga tender CPO di Astra Agro Lestari  membukukan volume sebanyak 7.000 ton dengan harga untuk paket Riau diperdagangkan pada Rp8.710/kg, sementara itu tender CPO di KPB Nusantara untuk PTPN I diperdagangkan pada Rp8.683/Kg.
Sementara itu, nilai penjualan inti sawit turun 61% menjadi Rp8,4 miliar dari Rp21,83 miliar pada periode kuartal I/2012. Adapun harga jual rata-rata inti sawit anjlok 40% menjadi Rp4.428 per kilogram dari Rp7.277 per kilogram pada periode yang sama 2012.

1.       Pemasukan perusahaan.
a.       CPO.
Hasil/bulan                        : 180 ton x 30 = 5400 ton = 5.400.000 kg
Harga/kg                          : Rp.9.390,00
Pendapatan/hari                : Rp.9.390 x 180000 = Rp.1.690.200.000,00
Pendapatan/bulan              : 1.690.200.000 x 30 = Rp.50.706.000.000,00

b.      Kernel (inti).
Hasil/bulan                         : 135 ton x 30 = 4050 ton = 4.050.000 kg
Harga/kg                            : Rp.4.428,00
Pendapatan/hari                  : Rp.4.428 x 135000 = Rp.597.780.000,00
Pendapatan/bulan               : Rp.597.780.000 x 30 = Rp.17.933.400.000,00

2.       Pengeluaran perusahaan.
a.       produksi
·         BBM/bulan                      : 50.000 L x Rp.10.000 = Rp.500.000.000,00
·         Batubara/bulan                 : 50.000kg x Rp.1500 = Rp.75.000.000,00
·         Pembelian sawit/bulan       : Rp.2.500 x 45000 = Rp.112.500.000,00 x 30 = Rp. 3.375.000.000,00
Jumlah                                                         = Rp.3.950.000.000,00

3.       Biaya pekerja (karyawan)

No
Jabatan
Bidang
Gaji
Jumlah
Total gaji
1
Direktur

Rp.50.000.000,00
1
Rp.50.000.000,00
2
Manager
Operasional dan pengembangan
Rp.30.000.000,00
1
Rp.30.000.000,00
Produksi & penanganan limbah
1
Rp.30.000.000,00
Pemasaran
1
Rp.30.000.000,00
Keuangan & pembukuan
1
Rp.30.000.000,00
3
Staf
Operasional dan pengembangan
Rp.20.000.000,00
3
Rp.60.000.000,00
Produksi & penanganan limbah
3
Rp.60.000.000,00
Pemasaran
2
Rp.40.000.000,00
Keuangan & pembukuan
1
Rp.20.000.000,00
4
Teknisi mesin
Produksi
Rp.10.000.000,00
200
Rp.2.000.000.000,00
5
Ahli pengelolaan limbah
Penanganan limbah
Rp. 10.000.000,00
150
Rp.1.500.000.000,00
6
Operator peralatan
Operasional
Rp.6.500.000,00
50
Rp.325.000.000,00
7
Pegawai

Pembukuan dan administrasi
Rp.5.000.000,00
50
Rp.250.000.000,00
Keuangan
Rp.7.500.000,00
20
Rp.150.000.000,00
lapangan
Rp.2.000.000,00
30
Rp.60.000.000,00
Keamanan
Rp.4.500.000,00
20
Rp.90.000.000,00
Pemasaran
Rp.5.000.000,00
50
Rp.250.000.000,00
Total
284
Rp.4.975.000.000,00

F.       LABA PERUSAHAAN.

1.       Pemasukan perusahaan      
CPO                                           = Rp.50.706.000.000,00
kernel (inti)                                                = Rp.17.933.400.000,00
Jumlah                                       = Rp.68.639.400.000,00
2.       Pengeluaran perusahaan.
Produksi                                      = Rp.3.950.000.000,00
Pembiayaan pekerja                     = Rp.4.975.000.000,00
Jumlah                                        = Rp.8.925.000.000,00

Laba bersih                         = Rp.68.639.400.000,00 -  Rp.8.925.000.000,00 = Rp.59.714.400.000,00

G.     SETRUKTUR ORGANISASI

DIREKTUR

Manager produksi & penanganan limbah

Manager Operasional & pengembangan

Manager pemasaran

Manager keuangan & administrasi
Pegawai pemasaran

Pegawai Keuangan, pembukuan dan administrasi

Teknisi mesin  & Ahli pengolahan limbah

Operator  peralatan,  lapangan,  dan keamanan

staf

staf

staf

staf